ASEAN YOUTH FORUM 2015 : Peran Pemuda dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

       Pembukaan ASEAN Youth Forum 2015 Foto by Durian ASEAN

Bahagia sekali rasanya ketika akhirnya saya menjadi salah satu delegasi Indonesia untuk mengikuti ASEAN Youth Forum 2015. ASEAN Youth Forum (AYF) merupakan acara tahunun sejak 2009. Selama lima tahun terakhir, AYF telah menjadi landasan harapan, pemberdayaan dan keterlibatan pemuda di  Asia Tenggara.  AYF telah diselenggarakan di Thailand (2009), Vietnam (2010), Indonesia (2011), Kamboja (2012), Brunei Darussalam (2013), dan Myanmar (2014). Kegiatan Ini telah melibatkan 500 pemimpin muda dari seluruh Negara di ASEAN. Kegiatan Ini memberikan ruang bagi para pemimpin muda untuk mendiskusikan isu-isu, dialog dengan berbagai pemangku kepentingan dan menentukan nasib mereka sehubungan dengan isu-isu dan realitas saat ini. Pada tahun 2015 Malaysia mendapat kesempatan untuk melanjutkan acara tahunan ini. Melihat dari latar belakang kegiatan ini saya merasa terpanggil untuk dapat berkontribusi langsung untuk bersama sama pemuda dari seluruh ASEAN untuk melahirkan rekomendasi yang cerdas bagi keberlangsungan ASEAN Community kedepan menjadi lebih baik.


Acara ini berlangsung selama tiga hari pada tanggal 19-21 April di Faculty of Law, University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Hari pertama di awali dengan registrasi peserta scholarship yang bakal di tempatkan di salah satu Asrama Kampus University of Malaya. Awalnya saya mengira saya bakal di tempatkan di kamar khusus dengan para peserta yang lain. Namun ternyata saya di tempatkan di kamar para mahasiswa University of Malaya. Dari situ saya belajar untuk dapat lebih bisa beradapatasi dan beriteraksi dengan para pemuda pemuda di ASEAN. Saya dapat sangat beruntung dapat merasakan tinggal di Asrama salah satu universitas ternama di Malaysia. Kebanyakan pelajar disana berasal dari melayu asli dan chinese. Kebutulan saya di tempatkan di kamar yang kesemuanya keturunan chinese, mereka berkomunikasi lancer dalam bahasa inggris, hal itu menjadi kesempatan baik bagi saya untuk mengasah kemampuan bahasa inggris saya.

Di hari kedua acara dimulai dengan sarapan pagi sekaligus berkenalan dengan para peserta dari seluruh penjuru ASEAN. Peserta yang hadir merupakan pemuda pemuda hebat dengan segudang prestasi yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Selanjutnya tepat pukul 10.00 waktu setempat acara pembukaan  di mulai yang dibuka oleh Menteri Perdagangan dan Industri Malaysia. Acara pembukaan juga dihadiri oleh beberapa orang penting dalam ASEAN Economic Comunnity.
Kemudian acara dilanjutkan dengan pembahasan 3 pilar utama ASEAN yaitu bidang Sosial (Young Civil Society), Ekonomi (Business and Entrepreneurship in ASEAN), dan Keamanan (Politic dan Democracy in ASEAN) yang menghadirkan pembicara yang kompeten di bidangnya diantaranya Elaine Tan (Executive Director of ASEAN Foundation, Jerald Josep (Chairman dari ASEAN People Forum), Syed Nabil Fauwaz (ASEAN Businees Advicory Council).

Pada Hari terakhir para peserta di bagi menjadi 3 grup untuk berdiskusi dan membahas 3 pilar penting dalam Masyrakat Ekonomi ASEAN (MEA) yaitu Sosial Budaya, Ekonomi, dan Keamanan. Saya masuk dalam tim Ekonomi, disana kami membahas permasalahan permasalahan yang terjadi dalam bidang ekonomi dan merumuskan rekomendasi dari pemuda ASEAN untuk pemerintah agar dapat mengambil langkah tepat dalam menjalankan Masyrakat Ekonomi ASEAN. Dari hasil diskusi kami merekomendasikan beberapa hal yang harus di lakukan pemerintah di ASEAN untuk menghadapi MEA yaitu memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dari Small Medium Entriprise (Usaha Kecil Menengah), mempermudah birokrasi pengusaha dalam melakukan ekspor impor, menigkatkan soft skill masyarakat, Mencegah human traficking dengan meperketat keamanan di segala sector untuk menjamin kesejahteran masyarakat, dan meminimalisir kesenjangan antar Negara Negara di ASEAN. Hasil rekomendasi dari dari ketiga grup tadi disusun kedalam sebuah deklarasi untuk selanjutnya di sampai kepada pemerintah. Dengan Adanya pelatihan peningkatan kualitas Small Medium Entriprise sangat menguntungkan Indonesia yang dimana sekitar 90% pengusaha di Indonesia masuk dalam kategori SME, sehingga hal tersebut menjadi kesempatan penting bagi indonsia untuk naik kelas menjadi suatu bisnis yang lebih besar. Selain itu permasalahan yang berbelit di Indonesia menjadi momok menakutkan dan membosankan, sehingga kebanyakan masyarakat dengan pemrintah untuk mengurus surat untuk ekspor impor, jadi dengan adanya keseterahan birokrasi yang di tetapkan di kawasan ASEAN akan mempermudah para pengusaha Indonesia untuk mengakses ke kawasan nasional dan Internasional.
Sebagai pemuda yang notabene akan menjadi pemimpin masa depan harus peka terhadap MEA ini, karena kalau kita tidak mempersiapkannya, Negara kita akan kalah bersaing dengan Negara Negara lain. Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi Thailand, disana saya melihat hampir di seluruh penjuru Thailand terdapat bendera Negara Negara ASEAN, mereka itu mereka lakukan? Disatu sisi mereka ingin mengingatkan tentang adanya MEA kepada seluruh masyarakat dan sisi lain mereka sebenarnya takut untuk mengahadapi MEA, maka dari itu mereka mempersiapkan secara matang masyarakatnya untuk dapat bersaing dengan Negara Negara lain.  Nah apa yang terjadi di Indonesia ? Khususnya di Aceh ? Hal diatas sangat berbanding terbalik dengan keadaan di Indonesia, yang terkesan acuh ta acuh menghadapi MEA. Masih sangat banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang ASEAN apalagi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal ini karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah, terlebih untuk masyarakat di barisan terluar pulau.

Dalam hal ini pemuda harus mengambil peran penting untuk mensosialisasikan dan mendengungkan MEA kepada seluruh rakyat Indonesia agar tidak menjadi budak di Negara sendiri nantinya. Jumlahnya pemuda di Indonesia lebih dari 50% dari seluruh penduduk, hal itu menjadi asset terbesar Indonesia untuk dapat berkembang dengan adanya pemuda pemuda yang siap untuk menghadapi MEA. Tidak hanya meningkatkan kemampuan diri, di benak pemuda harus tertanam jiwa tolong menolong untuk dapat berbagi dengan orang disekitar. Pemuda harus menjadi anak panah yang tajam disaat tombak pemrintah tumpul, sehingga pengetahuan masyarakat tentang MEA cukup merata dengan adanya sosilaisasi dan pembinaan dari pemuda. Pemuda juga harus bahu membahu bersama pemerintah dalam mempersiapakan diri dalam menghapi MEA yang akan di launching akhir bulan Desember ini, sehingga jika MEA sudah diresmikan, masyarakat Indonesia khususnya pemuda dapat bersaing dengan Negara Negara ASEAN lainnya. 
Share on Google Plus

About Zulfajri Ery Syahputra

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment