Lhoknga (Aceh Besar) - Lhok Nga di Aceh Besar punya cara untuk menceritakan
sejarahnya sendiri. Di balik keindahan hutan tropis yang kaya dengan kandungan
mineral, lebih dari 6 tahun silam, kisah tentang gerilyawan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) tersimpan rapi di dalamnya.
Perbukitan terjal di
hulu sungai Krueng Raba, lebih tepatnya Pucok Krueng, menjadi saksi bisu
putra-putri Aceh yang "kecewa" dan mengangkat senjata. Di kawasan
yang sama itulah, jejak bekas konflik masih dapat dilihat hingga
kini. Perjalanan menuju hulu Sungai Pucok Krueng dari pelabuhan nelayan di
Lhoknga, bagaikan naik perahu menyusuri “Delta Mekong” di berbagai film tentang
perang Vietnam.
Tujuan
kami ketika itu adalah menyaksikan salah satu basis perbukitan yang dijadikan
markas gerilya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), di mana di bawahnya terdapat sumber
pengadaan air bersih yang layak minum.
Wilayah tersebut kini dijadikan proyek percontohan Wisata Gerilya Nanggroe yang dikelola oleh Aceh Explorer pimpinan pria berkebangsaan Belanda, Mendel Pools atau sebagai mualaf akrab dipanggil dengan nama Nurdin.
Wilayah tersebut kini dijadikan proyek percontohan Wisata Gerilya Nanggroe yang dikelola oleh Aceh Explorer pimpinan pria berkebangsaan Belanda, Mendel Pools atau sebagai mualaf akrab dipanggil dengan nama Nurdin.
Objek wisata gerilya
dimaksudkan agar masyarakat Aceh atau para wisatawan lain dapat merasakan
betapa tidak mudahnya menciptakan suasana aman dan kondusif di Aceh selama
terjadinya pergesekan antara GAM dan pihak yang berkuasa. Untuk itu, GAM
terpaksa harus bergerilya, menerabas hutan rimba, dan menciptakan kekuatan di
hutan.
Nurdin mengakui bisnis turismenya ini terinspirasi model perjalanan wisata gerilya di Vietnam dan El Salvador. Rute-rute persembunyian para gerilyawan di masa lalu, kini jadi jalur wisata para turis yang ingin tahu lokasi kehidupan bergerilya di hutan, sungai, bukit, dan gua-gua, serta bagaimana mereka bertahan hidup dari sumber air alam dan tumbuhan-tumbuhan liar.
Nurdin mengakui bisnis turismenya ini terinspirasi model perjalanan wisata gerilya di Vietnam dan El Salvador. Rute-rute persembunyian para gerilyawan di masa lalu, kini jadi jalur wisata para turis yang ingin tahu lokasi kehidupan bergerilya di hutan, sungai, bukit, dan gua-gua, serta bagaimana mereka bertahan hidup dari sumber air alam dan tumbuhan-tumbuhan liar.
DUA wisatawan asing
menjajal rute GAM di kawasan pegunungan Pucok Krueng,
Aceh Besar, dengan dipandu guide mantan pasukan GAM.* |
“Dulu, kalau Anda bukan
pengikut GAM, bila masuk ke sini harus bersenjata,” kenang lelaki bule beristri
perempuan Aceh itu. Nurdin dengan puluhan anak buah yang sekitar 30 orang di
antaranya adalah mantan anggota GAM, resmi menjalankan bisnis ini sejak Maret
2007. “Saya memang terlebih dulu mendekati para gerilyawan GAM untuk
menjalankan pariwisata gerilya, karena mereka yang paling tahu jalan-jalan
tikus menuju wilayah pusat perlawanan mereka,” jelasnya.
Aceh Explorer Team
|
Gubernur Aceh menyetujui
program wisata “bukan pantai” ini karena dinilai selaras dengan tujuan untuk
membuka lapangan pekerjaan bagi para mantan gerilyawan GAM yang bisa ditugaskan
selaku pemandu jalan, sebagai pembimbing simulasi perang gerilya, serta dalam
permainan perang-perangan hingga pelatihan outbound.
Petualangan
Kegiatan ini berunsur
petualangan, memusatkan wisata gerilya di Pucok Krueng, Aceh Besar, karena
lokasinya dinilai paling strategis di dekat Laut Malaka dan memenuhi unsur
petualangan menyusuri sungai di tengah rerimbunan sisa hutan alam yang masih
ditinggali monyet-monyet liar dan biawak. Bahkan, di hutan perbukitannya, masih
menetap beberapa beruang madu, elang, dan burung walet.
Di bukit batu yang
terjal itu juga didapati tujuh makam ulama korban pertempuran melawan Belanda,
dan dulu dijadikan sebagai tempat singgah dan berziarah bagi pasukan GAM yang
diyakini selalu melindungi mereka dalam pemberontakannya. Di wilayah perbukitan
Pucok Krueng juga ditemui Gua Harimau, yang konon menjadi arah pelarian para
gerilyawan ketika diburu pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Nurdin juga menunjukkan sisa-sisa jejak pasukan
TNI yang memburu GAM di wilayah itu, melalui bekas kaleng makanan dan botol
minuman serta sepatu khas TNI, berikut bekas area perkemahan yang pernah
dibangun prajurit TNI di kawasan itu. Bisa dimengerti, kalau kawasan basis GAM
di Pucok Krueng termasuk menjadi sasaran pengintaian dan penyergapan pasukan
TNI di masa lalu, karena di situ terdapat lokasi sumber air minum yang bermakna
sangat vital.
Wilayah bekas pusat basis GAM di Sigli,
Meulaboh, Aceh Barat, juga akan diperkenalkan sebagai daerah Wisata
Gerilya Nanggroe lainnya. Berminat?
Address : 17 Jln.
Panglima Nyak Makam, Aceh
Telephone : +62
812 698 4216
Facebook : http://www.facebook.com/jelajahaceh
Website : http://www.acehexplorer.com
Terima kasih
ReplyDelete