Indomaret Melenggang, Pante Pirak Goyang





Banda Aceh ~ Barang-barang di toko dua lantai di Jalan Mohammad Hasan, Desa Batoh, Banda Aceh, itu tersusun rapi. Di etalase kanan terdapat aneka produk seperti parfum, sabun mandi, hingga sikat gigi. Di bagian tengah tertata rapi berbagai makanan ringan.

Musik pop mengalun lembut ke tiap sudut ruangan. Hawa mesin pendingin menyesap ke kulit. “Di sini barang-barangnya lengkap, Mas,” kata Dina, seorang pembeli.

Toko itu gerai Indomaret. Ini usaha eceran atau ritel modern milik PT Indomarco Prismatama. Perusahaan ritel nasional ini mulai aktif mengembangkan bisnisnya di Aceh. “Tahun pertama Banda Aceh dijadikan uji coba sebelum dibuka di seluruh Aceh,” kata Marlon, karyawan Indomaret, kepada The Atjeh Times, pekan lalu.

Dengan moto “Mudah & Hemat”, Indomaret membuka gerainya pada Mei 2012. Mulanya dengan dua minimarket, lambat laun bertambah menjadi tujuh. Gerai-gerai itu berlokasi di Punge, Prada, Ketapang, Mata Ie, dan Batoh.

Indomaret memang dikenal sebagai salah satu perusahaan ritel yang rajin berekspansi. Hingga 2011, tancapan kuku bisnis ritel ini tercatat memiliki 5482 gerai, yang isinya lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan nonmakanan.

Dari total itu, 3.479 gerai milik Indomaret sendiri, sisanya merupakan waralaba pengusaha lokal. Gerai-gerai itu tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, di antaranya Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Lampung, Palembang, dan Makassar. Di Jabotabek sendiri, ada 2.412 gerai.

Di Aceh, ekspansi itu diprediksi bakal menyedot konsumen dari ritel yang sudah “menggurita” di nanggroe: Pante Pirak.

Apalagi, kata Marlon, kesempatan merebut konsumen di Aceh begitu besar. Ia menilai masyarakat Aceh sudah terbiasa dengan pola belanja modern. “Tantangannya hanya peritel yang sudah hadir lebih dulu,” katanya.

Cara meretas tantangan itu, mau tak mau Indomaret harus merebut pasar di Banda Aceh. Sejumlah strategi bisnis pun dipaparkan Marlon, seperti agenda diskon yang dilakukan secara bergantian untuk tiap produk. “Bulan ini promo susu bendera, sabun cair, dan air minum NUU,” kata Marlon.

Perang ritel ini kian terasa ketika Indomaret mendirikan gerainya tak jauh dari gerai Pante Pirak. Lihat saja di kawasan Lampeuneurut dan Batoh, Indomaret memilih lokasi berhadap-hadapan atau berdampingan dengan Pante Pirak. Strategi ini juga dipakai Indomaret menghadapi Alfamart, jaringan minimarket nasional saingan terdekatnya di sejumlah kota besar lain.

Gempuran para peritel sekaliber Indomaret ini ternyata tak membuat manajemen Pante Pirak Group gentar. Abubakar Usman yang akrab dikenal sebagai Abu PP, Bos Pante Pirak Group, mengaku termotivasi dengan serbuan peritel tersebut.

“Ini bukan persoalan, justru motivasi bagi kami,” kata Abu kepada The Atjeh Times, Minggu pekan lalu.

Abu PP menilai kemunculan peritel-peritel modern sebuah hal wajar dalam bisnis. Sebaliknya, ia juga sadar jika usaha-usaha ritel modern mulai mengempiskan jumlah konsumen ke Pante Pirak.

“Tapi kami akan mencari inovasi dari kelebihan-kelebihan yang kami miliki,” katanya.

Strateginya, kata Abu PP, mendekatkan diri dengan pelanggan. Itulah sebabnya, kata dia, hampir di setiap sudut kota Banda Aceh, gerai Pante Pirak sudah ada. “Dekat dan murah, itu konsepnya,” ujarnya.

Selain mendekatkan diri, Pante Pirak juga menjual harga lebih murah ketimbang ritel lain seperti Indomaret (Lihat Tabel).




Karena itu, Abu yakin, Pante Pirak masih dipercaya banyak konsumen hingga kini. “Ini strategi lainnya untuk memikat pembeli,” ujarnya.

Di Banda Aceh, Pante Pirak memiliki 20 gerai. Lima lainnya ada di Ulee Glee, Sigli, dan Bireuen. Dibandingkan total gerai Indomaret di seluruh Indonesia, lapak Pante Pirak memang seruas kuku.

Abu mengaku juga ingin melebarkan sayap bisnisnya ke seluruh kabupaten dan kota di Aceh, tapi terkendala mutu sumber daya manusia.

“SDM (sumber daya manusia) dan IT (informasi teknologi). Dengan pesatnya teknologi, kami kekurangan IT yang bisa menjual dan menyebarkan PP ke masyarakat luas,” ujarnya.

Solusi SDM dan IT belum terjawab, mau tak mau Abu tetap fokus di Banda Aceh. Lokasi baru pun dibidiknya seperti di Geuceu dan Lamprit. Ia menambahkan satu gerai lagi di Lambaro, Aceh Besar.

Bagi Abu PP, kehadiran Indomaret maupun ritel lainnya seperti Matahari dan Suzuya di Aceh, telah menyita perhatiannya agar lebih fokus. “Sampai saat ini, kami fokus di swalayan saja dulu,” ujar Abu.
Share on Google Plus

About Zulfajri Ery Syahputra

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment