ABUBAKAR PANTE PIRAK Pernah Putus Sekolah, Kini Raja Retail Modern Aceh




BANGUNAN ruko tiga lantai itu berada di deretan toko lain di kawasan Simpang Lima, Banda Aceh. Di sebelahnya ada Pante Pirak Bakery, Rumah Makan Bunda, Pante Pirak Café, Warung Kopi Tower Premium dan salon Marthaa Tilaar. Dibanding toko-toko di sebelahnya, ruko itu tampak kurang terawat.
Ruko itu adalah bekas usaha game online yang sudah ditutup. Di lantai satu berserakan kardus dan tripleks bekas pakai. Sama sekali tak terlihat orang-orang beraktivitas. Namun, naiklah ke lantai dua. Suasana berbeda langsung terlihat. Di lantai dua toko selebar 4-5 meter inilah Abubakar berkantor, mengawasi bisnis utamanya Pante Pirak Pasaraya yang terletak di seberang jalan dan aneka bisnis sampingan lain.

Jumat pekan lalu, empat wanita duduk berjejer di depan meja kerja masing-masing. Mereka sibuk merapikan nota-nota pembelian barang. Keempat wanita itu sehari-hari bertugas sebagai staf pemilik Pante Pirak Pasaraya itu. Ketika The Atjeh Times mengutarakan niat menjumpai Abubakar, salah satu stafnya langsung menyergah,”Bapak sedang sibuk, tidak bisa diganggu dulu.”
Keesokan harinya, ketika The Atjeh Times kembali ke tempat itu, stafnya mengatakan Abubakar tak di tempat. Untungnya, ia bersedia dikontak lewat telepon.
***

Abubakar adalah nama yang tak asing bagi warga Kota Banda Aceh. Dialah raja retail Aceh yang kini sedang gencar-gencarnya berekspansi ke kota-kota kabupaten.
Tak hanya di bisnis retail, Abubakar juga merambah berbagai bisnis lain, seperti warung kopi modern Tower Premium, salon waralaba Marthaa Tilaar, hingga rumah makan Padang bernama Restoran Bunda.

Lahir di Glumpang Minyeuk, Kabupaten Sigli, 20 April 1949 silam, Abubakar Usman dibesarkan dalam keluarga sederhana. Karena keterbatasan perekonomian, Abu sempat mengalami putus sekolah. “Ayah saya hanya seorang pedagang kecil-kecilan,” kata pria 63 tahun ini.

Rupanya, bakat dagang ayahnya inilah yang mengalir di tubuh Abu. Dia pun memutuskan untuk hijrah ke Banda Aceh di penghujung tahun 60-an untuk memulai usaha. Di awal 1970, dengan modal seadanya, ia membuka usaha retail tradisional di kawasan Pasar Aceh. Kala itu produk-produk yang dijajakan Abu tak selengkap yang ada di swalayannya saat ini. “Ya seadanyalah, ada baju dan barang-barang eceran lainnya,” kata Abu.

Usaha yang dirintis Abu mengalami pasang surut. Namun, ia tak patah arang. Berkat ketekunan, keseriusan, dan kesabarannya, 20 tahun kemudian usahanya menggurita.

Bisnisnya mulai berkembang pesat memasuki tahun 90-an. Bermodal kepercayaan bank dan rekan seprofesinya, Abubakar mendirikan sebuah gedung di kawasan Simpang Lima, tak jauh dari jembatan Pante Pirak. Nama jembatan itu ditabalkan sebagai nama swalayannya. Pante Pirak menjadi retail modern pertama di Banda Aceh yang dimiliki putra daerah.

Imperium bisnisnya kemudian berkembang pesat. Ia mendirikan outlet-outlet baru Pante Pirak di sejumlah tempat. Nama ini pula yang akhirnya melekat di diri Abubakar sehingga ia kerap disapa Abu PP (Pante Pirak).

Musibah datang pada 24 Desember 2004. Gempa dan tsunami meluluhlantakkan usahanya yang dibangun puluhan tahun. Hampir seluruh infrastruktur usahanya hancur. Kerugiannya puluhan miliar rupiah. Dari empat pasar swalayan miliknya, hanya satu yang tersisa.  “Saya katakan, saya habis waktu itu, semuanya nol,” katanya.

Namun, pengalaman wirausaha puluhan tahun membuatnya cepat bangkit. Saat itu, Abu memilih berdamai dengan diri sendiri. Abu percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan.” Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang,” katanya.
Saat masyarakat Aceh  masih larut dalam trauma, Abu justru menangkap peluang. Ketika itu, ribuan pekerja kemanusiaan dari berbagai negara tumpah ruah ke Aceh. “Peluang yang sangat besar,” kata pria yang banyak terinspirasi dari Chairul Tanjung, pengusaha sukses nasional, pemilik CT Corp.
Sebagai wirausahawan, Abu bukan tipikal orang yang sibuk membuat rencana sehingga tak segera melangkah. Baginya tindakan lebih penting daripada sekadar rencana. Ia berhasil meyakinkan sejumlah pemodal untuk menghidupkan kembali mesin bisnisnya. “Karena itu, bagi saya berbisnis itu tak perlu modal, tapi kepercayaan,” katanya.

Abu juga tetap konsisten pada usaha yang digelutinya: retail. Seiring perjalanan waktu, Abu PP kembali meraih sukses. Saat ini tercatat 25 outlet Pante Pirak yang dimiliki Abu, 20 di antaranya berada di Kota Banda Aceh dan lima lainnya ada di sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Sebagianoutlet-nya masuk ke kompleks pemukiman penduduk dengan konsep supermarket.

Dalam berusaha, Abu tak menggunakan strategi yang rumit. Dia hanya mendekatkan diri dengan konsumen. Karena itu pula, motto swalayan Pante Pirak adalah “Dekat dan Murah”.Tak hanya swalayan, Pante Pirak Group juga sudah merambah ke sektor kuliner, kafetaria, wahana hiburan, salon, hingga toko roti.

Memang, tak semua usahanya berjalan sukses. Usaha waralaba Bakso Tenis Lapangan Tembak Senayan di kawasan Peunayong, misalnya, terpaksa gulung tikar, dan berganti dengan Pante Pirak Swalayan dalam format supermarket. Begitu pula sebuah warung Padang di depan Taman Sari, kini disulap menjadi Tower Coffee, warung kopi modern yang saban hari dipenuhi pengunjung hingga ke halamannya. Abu langsung mengganti jenis usahanya begitu hasilnya tak sesuai dengan harapan.
Dari unit-unit usahanya ini, Abu mampu menyerap ratusan tenaga kerja di Aceh. Tahun lalu ia menjadi penyumbang pajak terbesar di Aceh. Untuk itu, Abu pun mendapat penghargaan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Banda Aceh. []

Nama                           : Abubakar Usman
Panggilan Akrab          : Abu PP
Imperium Usaha         : Pante Pirak Group
Lahir                            : Glumpang Minyeuk, Sigli, 20 April 1949
Istri                             : Nurafiah
Anak-Anak                 :  Faisal, Novi, Andri, dan Ina
Memulai usaha            : 1970
Lokasi                         : Pasar Aceh
Jenis Usaha                 : Retail Tradisional
Usaha Saat ini             : Retail Modern, Restoran, Wahana Bermain, Kafe, Game Zone,
Salon, Bakery, RM Padang, Toko Roti
Total outlet                  : 25 swalayan, 20 di antaranya di Banda Aceh, sisanya di
kabupaten/kota lainnya.
Inspirator Bisnis         : Chairul Tanjung
Motivator                   : Istri dan anak-anak
Kata-kata Bijak           : Orang Bijak Selalu Mencari Cara, Orang Malas Selalu Mencari
Alasan
Motto                         : Dalam Bisnis, Kepercayaan yang Utama
Share on Google Plus

About Zulfajri Ery Syahputra

    Blogger Comment
    Facebook Comment

3 komentar:

  1. inspiratif ceritanya
    semngat berbagi nilai inspirasi

    Kunjungan blogwalking.
    Sukses selalu..
    kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
    Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"

    Salam Bahagia

    ReplyDelete
  2. hehee, terima kasih sudah menyempatkan diri berkunjung ke blog saya..
    kpan acara mas ? dan tempatnya dimana ?

    ReplyDelete